Kabar Terkini Oase KOMPAS

Sabtu, 26 Maret 2011

Bibir Rangkuti Mekar Kembali


Di tengah kebingungan, saya mencoba mereka-reka, menduga, mengapa para pelajar kini kian asing dengan sastrawan dan juga karya-karya sastra, termasuk Rangkuti dan karyanya. Dan tentang ini, bisa jadi karena dua hal. Pertama, munculnya para novelis semisal Djenar Mahesa Ayu, Ayu Utami, Andrea Hirata dan Habiburrahman El Shirazy yang lebih populer dengan buah karya mereka baik dalam bentuk novelnya maupun dalam kemasan film layar lebar yang dipromosikan secara gencar. Tentu saja hal ini membuat ingatan remaja  pelajar kian dalam dan melekat.
Kedua adalah karena semakin dianaktirikannya sastra dari sekolah dan tidak pernah diperbindangkan secara tuntas dalam ruang kelas. Sehingga para remaja yang mayoritas pelajar tidak mengenal siapa sesungguhnya punggawa-punggawa sastra pada masa-masa sebelumnya. (read more)

Adakah Sastra Kelamin Dan Sastrawan Selangkangan?


”Ia menatap sayu ke arah kepala yang bergerak timbul tenggelam di sela kedua pahanya. Persis di belakang timbul tenggelamnya kepala itu, terlihat tayangan berita di televisi tentang protes keras terhadap dua orang model yang berpose tanpa busana, di dalam taman indah laksana Adam dan Hawa. Ia menghela nafas lalu melirik ke arah jam tangannya yang melingkar di tangan kiri. Masih ada sisa waktu lima puluh menit lagi sebelum rapat memaksanya pergi. Waktu yang sangat cukup untuk dipakai bercinta dan mandi, sebelum meluncur ke Gedung DPR RI demi membahas Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi”
Demikian cuplikan novel ’Ranjang’ karya Djenar Mahesa Ayu (http://djenar.com/secuplik-bab-dari-novel-mendatang-ranjang-35.php#more-35). Selain ’Ranjang’ Djenar juga menulis cerpen “Menyusu Ayah”. Cerpen tersebut pernah menjadi Cerpen Terbaik 2003 versi Jurnal Perempuan. Djenar juga menulis ’Jangan Main-main (dengan Kelaminmu)’ yang juga meraih sukses dan cetak ulang kedua hanya dua hari setelah buku itu diluncurkan pada bulan Februari 2005. Kumpulan cerpen berhasil ini meraih penghargaan 5 besar Khatulistiwa Literary Award 2004. Selain menulis novel dan cerpen, Djenar pun menyutradari film. Salah satu filmnya adalah ’Saia’. Sebuah film yang sekujur tubuhnya berisikan tentang seks yang ditampilkan secara eksplisit. (read more)

Orgasme Sang Pelacur Tuhan


“Aku dilahirkan sebagai seorang anak perempuan katolik pada 28 Oktober 1938, pukul empat lewat tujuh menit sore, di kota kecil Belanda bernama Tilburg. Kelahiranku merupakan pengalaman pertama bagi mamaku dan adalah pengalamannya paling buruk. Kehadiranku ke dunia adalah pengalaman dosa asal pertamaku, artinya aku terlalu jahat untuk dikecup sampai setelah pembabtisan” Demikian tutur seorang pelacur membuka pengakuan ‘dosanya’ dalam God’s Callgirl (yang di-Indonesiakan menjadi Sang Pelacur Tuhan oleh Voila Books: 2004). Selanjutnya, sepanjang lima ratusan halaman tulisannya akan dijumpai runtutan peristiwa nyata yang menarik tapi mengharukan.(read more)